Kejamnya Ayah, Ubah Dedy Jadi Monster

Family / 20 April 2011

Kalangan Sendiri

Kejamnya Ayah, Ubah Dedy Jadi Monster

Puji Astuti Official Writer
13507

Tindakan kejam dari sang ayah, ternyata membangkitkan monster dalam diri Dedy Susanto. Dedy memutuskan tidak melanjutkan sekolah ketika ia masih duduk di bangku kelas 1 SMP karena ia tidak naik kelas. Di umur 13 tahun, ia telah mencicipi seks dari pelacur. Perkelahian, minuman keras, narkoba dan judi menjadi hiburannya sejak itu. Mengapa Deddy menjadi anak pemberontak seperti ini?

“Kelas dua SD, waktu itu pertama kali diajar nulis tebal tipis dan saya dapat nilai jelek,” terang Dedy.

Karena ia tidak bisa dan tidak mau belajar, Dedy harus menerima pukulan bertubi-tubi dari gesper sang ayah. “Setelah saya dipukul, saya diikat, tangan dan kaki pakai selendang bayi. Lalu mulut saya disumpal, supaya saya ngga nangis terus atau dia ngga mau dengar nangisnya, kemudian saya diseret masuk kamar mandi.”

Dikunci dalam kamar mandi yang gelap dalam keadaan tangan dan kaki terikat, apa yang Dedy rasakan?

“Ketakutan yang luar biasa. Saya didalam kamar gelap, dan teriak-teriak tolong-tolong minta dibukakan, tapi ngga dibuka. Karena itu, saya dendam pada bapak saya. Saat itu, saya simpan suatu misi untuk saya balas bapak saya.”

Luka itu Dedy simpan selama bertahun-tahun. Rasa pahit hati yang ia simpan tidak dapat diobati oleh apapun, bahkan oleh pernikahan. Pada usia 19 tahun, ia menikahi seorang gadis berumur 15 tahun. Namun pernikahan itu juga tidak membuatnya bahagia. Ia masih terus menghancurkan dirinya dengan narkoba dan minuman keras.

Enam tahun Dedy telah menjalani pernikahannya, namun ia tidak juga berubah. Istrinya tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan untuk bisa membuatnya berubah. Dimatanya Dedy adalah tukang selingkuh, tukang mabuk, dan tukang judi. Di titik akhir kesabaran sang istri, ia meminta Dedy untuk menceraikannya.

Berakhir sudah rumah tangganya. Namun bagi Dedy, cerai bukanlah sebuah akhir. Cerai berarti sebuah kebebasan. Kebebasan tanpa batas, namun tanpa disadari semua obat bius dan minuman keras yang dikonsumsinya telah merusak saraf otaknya. Dedy menjadi orang yang sangat paranoid.

“Emang udah gila lah,” tutur Katro, teman main Dedy kala itu.

Prilaku Dedy makin tidak terkendali. Selama dua tahun berturut-turut ia mengalami tujuh kali kecelakaan. Apapun tidak lolos dari terjangannya, pembatas jalan, pos polisi, pagar, delman, bahkan mobil. Bertahun-tahun kedua orangtua Dedy berdoa agar anaknya bertobat, dan mencoba segala cara, namun Dedy tidak berubah juga. Mereka hampir putus asa, hingga suatu hari Dedy mengalami sesuatu yang aneh.

“Saya sempat mencari suara itu dari mana ini. Aneh juga kok dalam diskotik ada suara yang berkata, ‘Selamatkan mereka.. Selamatkan mereka..’ Maksudnya apa? Suara itu timbul, lalu hilang. Tapi setelah itu, dimanapun saya berada, suara itu selalu teror saya.”

Frustrasi oleh teror suara-suara itu, Dedy memakai obat bius untuk menenangkan dirinya.

“Saya pakai sabu-sabu di rumah, dengan pemikiran agar suara-suara itu tidak mengganggu saya lagi. Tapi saya tetap tidak bisa tidur, akhirnya untuk membuang waktu saya nonton.”

Tanpa di sengaja, Dedy menonton sebuah acara yang menceritakan para mantan pemakai narkoba yang bertobat, tiba-tiba suara itu terdengar lagi, “Selamatkan mereka…Selamatkan mereka..”

“Latar belakang saya narkoba, minum, dan apapun pernah saya lakukan. Waktu itu saya berpikir, mungkin Tuhan mau bawa saya dalam pertobatan dan nantinya Tuhan panggil saya untuk melayani mereka.”
Tidak pernah ada yang menyangka, seorang berandal seperti Dedy Susanto, yang mengandalkan kebahagiaannya pada narkoba, bertobat seorang diri karena melihat tayangan televisi.

“Kalau Tuhan saya bukan Tuhan yang penuh kasih, saya pasti sudah disikat dari dulu dan sudah di neraka. Tapi Tuhan begitu baik.. Dia begitu sabar..” ungkap Dedy sambil menahan air matanya. “Dia membawa saya untuk bertobat.”

Malam itu, Dedy memanjatkan sebuah doa yang sangat berani, “Tuhan, jika Engkau panggil aku jadi hamba-Mu. Aku siap.”

Pertobatan itu membawa Dedy kedalam sekolah misi. Berkat doa dan tekad yang kuat, semua kebiasaan buruknya lenyap secara ajaib. Kini ia mengabdikan dirinya untuk melayani orang-orang yang terganggu jiwanya.

Sebelas tahun telah berlalu sejak pertobatan Dedy. Namun ada sesuatu yang masih mengganjal di hati Dedy. Hari itu, Dedy mengajak orangtuanya dan kedua anaknya untuk makan bersama. Sebuah acara makan yang tidak biasa. Siang itu, di hadapan orangtuanya dan kedua anaknya, Dedy mengungkapkan apa yang terpendam dihatinya selama puluhan tahun, “Jadi, kalau selama ini aku punya kesalahan. Baik sebelum bertobat ataupun setelah bertobat, aku minta maaf. Seperti apapun, papi dan mami tetaplah orangtua yang saya kasihi dan tetap saya hormati. Saya memiliki kerinduan untuk bisa memberkati papi dan mami.”

Siang itulah, untuk pertama kalinya dalam hidup Dedy memeluk kedua orangtuanya. Apa yang dirasakan Dedy setelah melakukan rekonsiliasi itu?

“Sebenarnya waktu memeluk, ada perasaan asing. Karena sesuatu hal yang tidak pernah dilakukan, jadi sepertinya aneh. Tapi saat saya peluk, saya rasakan kasih Tuhan.”

Hari ini, Dedy tidak ingin lagi kembali ke kehidupan masa lalunya. Ia telah merasakan bahwa hidup di dalam Tuhan itu nikmatnya tidak ada taranya. (Kisah ini sudah ditayangkan 20 April 2011 dalam acara Solusi Life di O Channel).

Sumber Kesaksian :

Dedy Susanto

Sumber : V100917130752
Halaman :
1

Ikuti Kami